Source: from a proffesor video (pemahaman sendiri)
Maaf kalo ada yang salah :p
Gen pengkode insulin berasal dari kromosom 11p. Proses yang mengawali sintesis insulin berawal dari adanya DNA yang ditranskripsi membentuk mRNA, kemudian mRNA dibawa ke ribosom untuk mengalami translasi (penerjemahan) sehingga terbentuk protein baru. Protein inilah yang disebut sebagai preproinsulin, terdiri dari sekuen inisial, rantai B, C, dan A.
Preproinsulin selanjutnya dibawa ribosom ke retikulum endoplasma. Di sana preproinsulin bertemu enzim endopeptidase. Kemudian enzim tersebut memotong bagian inisial dari preproinsulin sehingga terbentuklah proinsulin. Proinsulin keluar dari retikulum endoplasma dibungkus oleh vesikula lalu dibawa ke apparatus Golgi.
Di apparatus Golgi proinsulin dipotong pada bagian rantai C, kemudian rantai B dan A diikat oleh ikatan sulfat. Rantai C biasa disebut sebagai peptida C, sedangkan rantai B dan A yang sudah diikat merupakan bentuk akhir insulin.
Peptida C bersama insulin dikeluarkan dari app.Golgi dalam wadah vesikula sekretori dan disimpan di sitosol sel. Ketika terdapat kadar glukosa meningkat pada sirkulasi maka insulin akan disekresikan bersama dengan peptida C dan sedikit amilin (residu hormon).
Sintesis Hormon Insulin
Author: Medical Posts /Patofisiologi dan Manifestasi Gagal Ginjal Kronik
Author: Medical Posts /Dimulai dari beberapa faktor risiko seperti Diabetes Melitus, dimana akan terjadi hiperglikemia (kadar glukosa melebihi batas normal) dalam pembuluh darah, sehingga akan terjadi hiperperfusi dan hiperfiltrasi yang mengakibatkan dilatasi arteri afferen ke glomerulus karena kelebihan tampungan glukosa. Akibatnya tekanan di glomerulus akan meningkat. Seiring dengan berjalannya tingkat keparahan penyakit maka glomerulus akan rusak. Hal tsb menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Hiperurisemia juga dapat menjadi faktor risiko dimana terdapat kelebihan kadar asam urat di darah misalnya pada penderita arthritis Gout. Asam urat ini akan meningkatkan konsentrasi plasma darah yang difiltrasi ginjal dan mengendap di lumen tubulus, akibatnya semakin lama akan terjadi penyumbatan, peningkatan tekanan intrarenal, dan akhirnya aliran darah yang terfiltrasi (GFR) turun serta menimbulkan reaksi inflamasi.
Ada juga faktor risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi dimana pembuluh darah dapat mengalami kerusakan sehingga terjadi penurunan aliran darah untuk difiltrasi glomerulus. Hal ini akan menyebabkan jatuhnya laju filtrasi (GFR).
GFR turun menyebabkan oliguria bahkan anuria.
Dari ketiga faktor risiko di atas yang semuanya menyebabkan penurunan GFR, timbul beberapa proses baru, seperti:
1. penurunan ekskresi K+ yang akan menyebabkan penumpukan ion K+ di darah (hiperkalemia).
2. penurunan ekskresi fosfat (P) sehingga terjadi hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia akan menghambat aktivasi vitamin D menjadi kalsitriol untuk meningkatkan reabsorbsi Ca2+ di usus. Akibatnya di dalam plasma darah akan kekurangan Ca2+ sehingga terjadi aktivasi hormon paratiroid (PTH) yang akan mengambil Ca2+ dari tulang ke darah untuk memenuhi kadarnya di plasma darah. Ca2+ di tulang menurun sehingga tulang lebih mudah rapuh dan pematangan sel darah akan terganggu.
Selain itu fosfat berlebih yang menumpuk di kulit dapat menyebabkan pruritus (gatal kulit).
3. penurunan ekskeresi zat buangan dari tubuh, dapat menimbulkan uremia (urea dalam darah) yang akan meningkatkan keasaman darah, dapat mengiritasi lambung. Apabila terjadi iritasi sampai perdarahan dapat timbul melena. Perdarahan berkepanjangan akan menyebabkan anemia.
4. terjadinya kerusakan ginjal kronis yang dapat menyebabkan diantaranya:
a. sklerosis glomerulus dan fibrosis - protein tidak terfiltrasi - proteinuria - akibatnya tubuh hipoalbuminemia - pembuluh darah menjadi lebih permeabel - plasma darah ekstravasasi ke interstitial - edema
b. overaktivitas sistem renin angiotensin aldosteron - peningkatan tekanan darah dan retensi Na+ & air karena aldosteron - vasokonstriksi arteriola eferen saat retensi - GFR meningkat - lama-lama glomerulus rusak
c. produksi eritropoietin menurun - anemia - kekurangan Hb - hipoksia jaringan - peningkatan pembentukan H+ tetapi,
d. penurunan ekskresi H+ untuk keseimbangan asam basa - asidosis metabolik
Dll
Sekian. :)
sumber:
materi tutorial. sumber materi tutorial? lupa hehehe :D
Signaling Intraseluler (Intracellular Signaling)
Author: Medical Posts /Secara garis besar signaling intraseluler (bingung Bahasa Indonesianya apa hehe) dibagi menjadi 3, yakni reseptor terkait kanal ion (ion channel-linked receptor), reseptor terkait protein G, dan reseptor terkait enzim. Berikut akan saya jelaskan intinya.
1. ion channel-linked receptor
gambar versi sendiri, maaf aneh :D |
2. G protein-linked hormone receptors
gambar versi sendiri, maaf aneh :D |
Hormon berikatan dengan reseptor --> aktivasi janus kinase dg penambahan fosfat (JAK2) --> JAK2 dapat menyebabkan aktivasi enzim di sel tersebut dg fosforilasi (menambah gugus fosfat), atau JAK2 menyebabkan fosforilasi STAT (signal transducer and activator of transcription) --> transkripsi dan translasi DNA membtk mRNA --> terbentuk protein baru --> perubahan efek fisiologis.
gambar versi sendiri, maaf aneh :D |
Maaf kalo banyak yg nggak tepat. Masih belajar :D
Sumber:
Guyton dkk, Medical Physiology
situs pendidikan universitas2
pemahaman sendiri
Proses Pencernaan Lemak (Lipid)
Author: Medical Posts /Secara singkat proses pencernaan lemak sudah dimulai dari mulut, yakni dengan dikeluarkannya enzim lingual lipase yang akan memecah sebagian kecil lemak ke dalam komponen yang lebih sederhana. Saat memasuki esofagus, lemak dalam bolus akan dilembekkan dengan suhu esofagus. Kemudian lemak akan masuk ke lambung dan dimulailah pencernaan yang sesungguhnya. Lambung akan menghasilkan lipase gastrik untuk memecah lemak menjadi digliserid dan monogliserid. Setelah itu komponen lemak yang tergabung dalam kimus (sudah tercampur enzim-enzim lambung) akan masuk ke duodenum, menyebabkan stimulasi dinding usus untuk menghasilkan:
1. hormon sekretin dari sel S yang akan menstimulasi dihasilkannya enzim-enzim pankreas,
2. pankreozimin, juga menstimulasi dihasilkannya enzim-enzim pankreas, dan
3. kolesistokinin dari sel CCK untuk stimulasi empedu menghasilkan cairan empedu.
Di duodenum, lipase usus dan lipase pankreas lebih jauh lagi memecah lemak menjadi monogliserid agar dapat diabsorbsi usus, dalam hal ini lemak akan dibentuk menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Selain itu empedu yang distimulasi hormon CCK akan menghasilkan garam empedu untuk kemudian berikatan dengan lemak membentuk misel.
Misel akan digunakan untuk mengangkut asam lemak rantai panjang ke dinding usus agar bisa diabsorbsi. Asam lemak rantai panjang selanjutnya akan diabsorbsi masuk ke sel absorptif usus kemudian berubah bentuk menjadi trigliserida lalu bergabung atau "diselubungi" protein membentuk kilomikron. Setelah itu ia akan keluar dari sel absorptif secara eksositosis dan masuk ke lakteal menuju pembuluh limfe untuk beredar di sirkulasi sistemik melewati duktus thoraksikus kemudian masuk vena subklavia kiri. Dalam waktu 10 menit pascamakan, setengah dari jumlah kilomikron di sirkulasi akan dibersihkan lipoprotein lipase untuk dipecah menjadi asam lemak dan gliserol kemudian didistribusikan ke hepar dan jaringan adiposa tubuh. Sementara itu garam empedu yang dihasilkan untuk membentuk misel, usai digunakan akan diserap ileum kemudian dialirkan ke vena porta untuk di recycle dan digunakan kembali (siklus enterohepatik).
legacy.owensboro.kctcs.edu |
Sumber:
emedicine.medscape.com
Principles of Anatomy and Physiology, Gerrard J. Tortora & Bryan Derrickson